bisa download di panduan biokonversi bsf
Proses
Pengolahan Sampah Organik dengan Black soldier fly (BSF)
Paguyuban Pegiat Maggot
Ringkasan
Panduan ini akan menjelaskan proses biokonversi tersebut yang telah menjadi perhatian akhir-akhir ini. Penggunaan larva BSF sebagai pengolah sampah organik merupakan suatu peluang yang menjanjikan, karena larva BSF yang dipanen tersebut dapat berguna sebagai sumber protein untuk pakan hewan (ternak), sehingga dapat menjadi pakan alternatif pengganti pakan konvensional
Latar Belakang
Pengelolaan sampah di
daerah perkotaan merupakan salah satu hal yang paling mendesak dan merupakan
permasalahan lingkungan yang serius, dihadapi oleh masyarakat yang tinggal di
negara berkembang. Tantangan ini akan semakin meningkat karena adanya trend urbanisasi
yang terjadi dan tumbuh dengan cepat di populasi masyarakat perkotaan, selain
itu kita pun bisa merasakan perilaku konsumtif yang ada pada tatanan masyarakat
kita dan juga mempengaruhi terhadap permasalahan sampah itu sendiri.
dengan proporsi sampah organik mencapai 57% ; 40% sisa makanan (s.o.d)
menggambarkan bahwa proses pemanfaatan sampah organik belum optimal, padahal
kita mengetahui bahwa sampah organik tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan
kembali, baik itu menjadi kompos, biogas dan salah satu yang bernilai, adalah
konversi sampah organik menjadi pakan alternatif (biokonversi) salah satunya
menggunakan Black Soldier Fly.
Panduan ini akan
menjelaskan proses biokonversi tersebut yang telah menjadi perhatian
akhir-akhir ini. Penggunaan larva BSF sebagai pengolah sampah organik merupakan
suatu peluang yang menjanjikan, karena larva BSF yang dipanen tersebut dapat
berguna sebagai sumber protein untuk pakan hewan (ternak), sehingga dapat
menjadi pakan alternatif pengganti pakan konvensional.
Panduan ini dibuat
berdasarkan pengalaman yang melakukan operasional pengolahan sampah organik
menggunakan BSF dari Paguyuban Pegiat Maggot juga dengan kajian dari beberapa
referensi para akademisi di Universitas-universitas di Indonesia yang sudah
melakukan hal serupa dan beberapa lembaga internasional yang juga bekerja untuk
mengembangkan sistem ini.
Tinjauan Teori
A. Black
Soldier Fly (Hermetia ilucens)
BSF
termasuk dalam Ordo Diptera, Famili Stratiomydae. Jenis serangga ini dapat
ditemui di seluruh dunia yang wilayahnya beriklim tropis dan subtropis. Dalam
siklus hidup BSF, telur menandakan permulaan siklus hidup sekaligus berakhirnya
tahap hidup sebelumnya, di mana jenis lalat ini menghasilkan kelompok telur.
Lalat betina meletakkan sekitar 400 –
800 telur di dekat bahan organik yang membusuk dan memasukannya ke dalam
rongga-rongga yang terlindungi dari pengaruh lingkungan, telur bsf tersebut terjaga dari
ancaman predator, sinar matahari langsung yang dapat menghilangkan kadar air
pada telur dan terhindar dari air
sehingga akan mengakibatkan telur membusuk.
Pada umumnya, telur-telur tersebut menetas setelah empat hari. Larva yang baru menetas, yang berukuran hanya beberapa milimeter, segera mencari makan dan memakan sampah organik di sekitarnya. Larva akan memakan bahan organik yang membusuk tersebut dengan rakus, sehingga ukuran tubuhnya yang awalnya hanya beberapa milimeter akan bertambah panjanganya menjadi 2,5cm dan lebarnya 0,5cm, sedangkan warnanya menjadi agak krem.
Dalam kondisi optimal dengan kualitas dan kuantitas makanan yang ideal, pertumbuhan larva akan berlangsung +/- 18 hari. Namun, larva BSF merupakan serangga yang memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, yang mampu memperpanjang siklus hidupnya dalam kondisi yang kurang menguntungkan sekalipun. BSF hanya makan saat masih di fase larva. Maka, pada tahap perkembangan larva inilah mereka menyimpan cadangan lemak dan protein hingga cukup bagi mereka untuk berpuasa sampai menjadi lalat, kemudian menemukan pasangan, kawin dan bertelur (bagi betina) sebelum akhirnya mati.
Gambar
Siklus Hidup BSF
Nutrisi pada BSF yang
telah dikeringkan
Petunjuk Teknis
Habitat asli BSF
adalah pepohonan dengan ketinggian tertentu dan kerapatan tertentu pula, BSF
tidak makan hanya sedikit minum bahkan menghisap sedikit sari bunga semasa
hidupnya yang pendek, yaitu : 7 hari saja. Bsf dewasa akan kawin ketika berumur
4 – 6 hari, BSF jantan mati setelah kawin dan BSF betina mati tidak lama
setelah bertelur. Oleh karena itu dalam menyiapkan kandang atau rereang house
(rh) bsf sebaiknya disiapkan pula kondisi lingkungan yang asri sehingga nyaman
untuk bsf. Hal lainnya adalah jauhkan kandang atau rh dari keramaian karena
akan sangat berpengaruh kepada kondisi kawin dan bertelur bsf.
Suhu, Kelembaban Udara Dan Cahaya
Mereka nyaman
dalam suhu ruangan antara 29°C hingga 32°C (max 35°C), dengan kelembaban 40%
hingga 60%. Dalam pengamatan Kami bsf kawin di kelembaban 50% (plus – minus)
dengan suhu 32°C (max 34°C). Jika dingin BSF (baik lalat maupun larva) akan
cenderung diam, tidak aktif. Fase larva BSF membutuhkan suhu dalam reactor yang
lebih hangat sekitar 35°C, namun dalam suhu 45°C selama 2 (dua) jam
berturut-turut ia akan mati. Oleh karena itu aerasi atau sirkulasi udara yang
baik sangat dibutuhkan BSFL (BSF Larva), karena material organic yang
terfermentasi akan menghasilkan panas yang bisa mencapai suhu 60°C. Hal ini
sangat dipengaruhi oleh ketebalan media organic yang menjadi sumber makanan
sekaligus tempat hidup (habitat) BSFL (BSF Larva) dan kepadatan media. Pada
fase larva yang sering disebut maggot tidak
menyukai cahaya, maka BSFL akan cenderung berada di dalam timbunan media dan
pakan nya. Kondisi media yang terlalu panas akan menyebabkan bsfl berada di
bagian atas media, kondisi ini biasa terjadi jika media BSFL kering dengan
kandungan air dibawah 25%.
Kandungan Air Pada Media
Bayi Larva / Maggot BSF
Dalam penelitian kami larva bayi,
day old larva (dol) ketika menetas dari telur akan mengalami penyusutun sebesar
30% dari bobot telur awal. Larva bayi/dol akan mencari tempat dan makanan yang
nyaman baginya, yaitu : bahan organic. Dengan makanan yang cukup (2 kg), per
gram telur setelah menetas di hari ke 9 (usia larva) atau hari ke 12 dari
telur akan mencapai bobot 500gram,
artinya 714 kali bobot awalnya hanya dalam 9 hari, Dengan kasgot / ppm (pupuk
padat maggot) kurang dari 200 gram (10%). Seiring pertumbuhannya kemampuan ini
menurun namun karena bobotnya semakin besar maka usia 9-11 hari fase larva
adalah masa dimana larva mampu menghabiskan s.o.d secara signifikan. Dalam
percobaan kami 1 gram telur dengan ketersediaan pakan (s.o.d) 2kg pada saat
menetas, di usia 11 hari fase larva bobotnya 600-700 gram dan mampu
menghabiskan s.o.d sebanyak 2kg kurang dari 24 jam (lukman 2020 tl-itb &
ppm)
Prepupa
BSFL dewasa akan mengalami
perubahan warna pada kulitnya menjadi lebih gelap, semakin tua kulitnya menjadi
coklat kehitaman atau terkesan hitam, hal ini diawali dengan semakin terlihat
jelas buku-buku pada kulitnya dan gerakannya semakin lambat. Pada fase ini BSFL
disebut dengan Pre/pra Pupa (sebelum pupa). Fase prepupa alaminya BSFL akan
mencari tempat yang lebih kering, kemudian menggali tanah dan kaku menjadi pupa
(fase metamorfosa) untuk menjadi lalat BSF. Fase ini umumnya dimanfaatkan oleh
para pembudidaya BSF sebagai masa panen. Kondisi kandungan air sangat
menentukan dalam upaya panen yang tidak memerlukan bantuan apa-apa lagi. Namun
dalam kondisi suhu yang lebih dingin pre pupa akan cenderung berdiam diri
sehingga migrasi BSFL yang dijadikan keuntungan pembudidaya untuk panen tidak
terjadi. Oleh karena itu menjaga kondisi suhu dan kandungan air menjadi kunci
utama fase migrasi. PPM melakukan pengujian terkait pengaruh suhu ruangan dan
suhu reactor terhadap kemampuan prepupa bermigrasi, menyimpulkan bahwa : suhu
reactor 35°C mampu membuat prepupa migrasi hingga 300% dibanding suhu reactor
33°C. Dan suhu reactor sangat dipengaruhi oleh suhu ruangan dan kepadatan media,
sisi lain media yang terlalu padat dan menumpuk akan mempersulit prepupa
bermigrasi. Oleh karena itu pada fase ini ketebalan media dijaga untuk tidak
melebihi 10 cm, dengan tetap diberikan s.o.d 50% dari dari fase larva dewasa.
Maka sebelum melakukan pemberian s.o.d lakukan pengurangan media di posisi
paling atas dengan tidak membawa larva / prepupa. Dengan demikian kondisi media
akan selalu tetap terjaga ketebalannya. Tujuan pemberian 50% s.o.d pada fase
ini adalah untuk tetap menjaga kondisi media yang terfermentasi sehingga tetap
hangat (>35°C).
Pada kondisi tertentu prepupa tetap
tidak bermigrasi meskipun suhu sudah >35°C maka perlu dilakukan pembasahan
pada dinding-dinding reactor dan sebagian media dengan air secukupnya dengan
tetap menjaga suhu reactor >35°C
Cahaya
BSF membutuhkan cahaya yang cukup
untuk kawin dan bertelur sedangkan BSFL (larva/maggot) sensitive terhadap
cahaya. Sehingga salah satu faktor yang menyebabkan BSFL tidak bermigrasi
adalah cahaya yang menyinari reactor. Dalam kondisi prepupa untuk menjadi pupa
bahkan BSFL harus benar-benar terhindar dari cahaya. Prepupa yang terpapar
cahaya terus menerus akan menyebabkan BSFL berganti kulit terus, hingga
tubuhnya mengecil dan akhirnya mati.
Waktu Dan Fase-fase Pada BSF
- Profesor (riset) DR. Ir. Agus Pakpahan (dalam berbagai kesempatan)
- Black Soldier Fly (Hermetia illucens) sebagai Sumber Protein Alternatif untuk Pakan Ternak - (Black Soldier Fly (Hermetia illucens) as an Alternative Protein Source for Animal Feed) - April Hari Wardhana - Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. RE Martadinata No. 30, Bogor 16114, WARTAZOA Vol. 26 No. 2 Th. 2016 Hlm. 069-078 DOI: http://dx.doi.org/10.14334/wartazoa.v26i2.1218
- Kumpulan pengalaman praktek teman-teman ppm di berbagai daerah.