Jumat, 27 Mei 2022

Merespon berita di https://www.kompas.id/dengan judul : Sampah Makanan Indonesia Mencapai Rp 330 Triliun

Merespon berita di https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2022/05/18/sampah-makanan-capai-lebih-rp-330-triliun dengan judul : Sampah Makanan Indonesia Mencapai Rp 330 Triliun. Dengan keterangan setelah judul : Setiap orang Indonesia rata-rata membuang makanan setara Rp 2,1 juta pertahun. Hasil analisis "Kompas" menemukan, nilai sampah makanan di Indonesia mencapai Rp 330 triliun pertahun. 19 Mei 2022.


Ada beberapa hal yang kami pikirkan patut direspon,

1.  Sampah makanan menjadi jenis sampah terbesar di Indonesia. Dengan menyajikan beberapa data Biro Pusat Statistik dan Klhk. Kemudian disimpulkan bahwa kota tertentu memboroskan uang senilai Rp 14.097 perhari atau sekitar Rp 5 juta pertahun setiap orangnya. (kompas.id)

Pertanyaannya apakah benar setiap individu orang memboroskan senilai tersebut di atas setiap hari? Kemudian jadi angka yang besar setelah 1 tahun?

Gaya hidup hedonis adalah pangkal utama permasalahannya, kami memahami hedonis adalah hal yang buruk. Kami melihat hal-hal terkait dengan gaya hidup mewah ini hanya bisa dilakukan oleh kalangan tertentu saja mustahil dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.

Dalam sebuah diskusi Kami dengan seorang guru besar teknik lingkungan perguruan tinggi ternama di Indonesia, beliau mengungkapkan bahwa sesungguhnya benar Indonesia termasuk tertinggi ke 3 setelah Arab Saudi dan Emirat Arab mengenai food lost (kehilangan makanan, atau makanan terbuang.pen) dan food waste. Namun bukan dari faktor konsumsi berlebihan saja, ini hanya sebagian nya. Sesungguhnya food lost terbesar kemudian menjadi food waste adalah dikarenakan faktor distribusi yang tidak baik. Banyak faktor yang menyebabkannya, diantaranya : produksi sebagai dasar ekonomi kapitalis, daya tarik kota dengan harga tinggi, jauhnya jarak tempuh produsen/desa ke kota/konsumen, minimnya transportasi masa berbasis publik, harga transportasi yang mahal, buruknya sarana dan prasarana transportasi dan segudang permasalahan distribusi. Untuk poin ini Kami menyimpulkan tingginya angka food lost dan food waste bukan karena faktor konsumsi melainkan faktor distribusi yang buruk.

2.  Kehilangan ekonomi, telah dilakukan perhitungan yang sama di 199 kabupaten/kota ditemukan rata-rata setiap orang Indonesia melakukan pemborosan makanan sebesar Rp 2.141.614 per tahun. Secara total, menurut nilai makanan yang terbuang menjadi sampah di 199 kabupaten/kota di Indonesia dapat mencapai angka Rp 330,71 triliun dalam setahun. Angka ini berada dalam rentang hasil kalkulasi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tahun 2021 yang menyatakan besaran kehilangan ekonomi Indonesia akibat sampah pangan adalah Rp 213-551 triliun per tahun. Tahun 2020 hanya ada 199 dari 514 kabupaten/kota yang melaporkan data komposisi sampah di SIPSN. (kompas.id)

Yang perlu dicermati adalah angka rata-rata tersebut apakah benar mewakili segenap warga negara? Atau ternyata hanya segelintir orang saja? Karena masih di berita yang sama ternyata di TPA sampah-sampah terbuang tersebut masih dikonsumsi oleh para pengais rizky di TPA, menyedihkan dan ironis bukan? Dengan kata lain ada masyarakat Indonesia bahkan tidak mampu membeli makanan yang layak, bagaimana bisa berkontribusi terhadap timbulan sampah sedemikian besarnya?

3.  Menurut penelitian Barilla Center for Food & Nutrition, nilai indeks kehilangan dan kemubaziran pangan Indonesia masuk kategori buruk. Setiap tahun orang Indonesia membuang sampah makanan 300 kilogram dan masuk dalam peringkat tiga besar negara terburuk bersama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. (kompas.id)

Permasalahan utama dari hal ini adalah sistem ekonomi kapitalis yang mengedapankan produksi sebagai ujung tombak nya. Disusul dengan distribusi yang buruk, masyarakat umum hanya kebagian getahnya saja mengikuti predikat tersebut. Jika Arab Saudi dan Emirat Arab mungkin saja karena negara-negara tersebut adalah kaya raya, meskipun harus lebih dekat juga melihat dari sisi masyarakat kebanyakkan di sana, tidak menutup kemungkinan di negara-negara kaya tersebut ternyata juga tidak mewakili masyarakatnya. Bagaimana dengan Indonesia? Coba tengok berita-berita bahwa Indonesia sedang krisis pangan https://www.cnbcindonesia.com/news/20200616170041-4-165825/ancaman-krisis-pangan-tidak-main-main-ini-buktinya, Masyarakat terpaksa memasak biji nangka, mengonsumsi jangkrik, laron, dan aneka serangga, memakan tupai, dan beralih ke berbagai umbi-umbian, sekadar untuk bertahan hidup. https://www.voaindonesia.com/a/krisis-pangan-nestapa-masa-lalu-dan-ancaman-masa-depan/5858339.html .

Menurut BPS, prevalensi ketidakcukupan pangan merupakan suatu kondisi di mana seseorang, secara regular, mengkonsumsi jumlah makanan yang tidak cukup untuk menyediakan energi yang dibutuhkan untuk hidup normal, aktif, dan sehat. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/28/tingkat-kekurangan-pangan-masyarakat-indonesia-naik-akibat-pandemi-ini-datanya.

     Pertanyaan sederhana, bagaimana mungkin masyarakat cenderung kekurangan             pangan membuang-buang makanannya??

    Sederhana jawabannya, sebagian kecil kaum borjuis adalah pelakunya, mengejar                    pertumbuhan ekonomi melalui memperbesar produksi adalah metodenya, dan kapitalisme     adalah masalahnya. Bukan masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat adalah korban dari     kondisi hari ini, masyarakat terjajah oleh musuh yang tak terlihat sehingga tidak                        menyadarinya. 


Solusi kongkrit : NEGARA HARUS HADIR DALAM MENYELESAIKAN MASALAH

Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. (UU no.18 th 2008, asas)

Pemerintah dan pemerintahan daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. . (UU no.18 th 2008, tugas dan wewenang pemerintahan)

Sebelum masuk dalam hal-hal teknis mengenai perhitungan timbulan sampah makanan/food waste perlu diketahui bahwasanya timbulan sampah menurut Sipsn.menlhk.go.id berdasarkan sumber adalah sebagai berikut  :

1. Timbulan sampah tertinggi adalah dari permukiman 40,8%

2. Disusul oleh pusat perniagaan 19,6%

3. Pasar tradisional 16%

4. Yang lainnya kurang dari 20%


Sebagai pertimbangan untuk mengetahui berapa besar sampah organik ditimbulkan dari masing-masing sumber, dalam sebuah studi di kota bekasi (
PENGEMBANGAN SISTEM PENANGANAN SAMPAH DI TPA SUMUR BATU KOTA BEKASI, Anissa Ratna Putri dan Enri Damanhuri) dipetakan menjadi 3 (tiga) katagori asal timbulan, yaitu :

1. Rumah tangga prosentase sampah organik putrescible 50,27%

2. Pasar prosentase sampah organik putrescible 81,34%

3. Jalur/Kawasan prosentase sampah organik putrescible 73,91%


Dengan meilhat angka-angka tersebut di atas dan mengasumsikan sama ditiap kabupaten/kota maka timbulan sampah organik tertinggi secara berurutan sebagai berikut :


 

sampah berdasarkan asal timbulan

sampah organik putrescible/food waste/food lost

sampah organik putrescible/food waste/food lost

 

permukiman

40,80%

50,27%

20,51%

Pasar

16%

81,34%

13,01%

pusat perniagaan/jalur/kawasan

19,60%

73,91%

14,49%

Analisis

1.  Timbulan sampah sisa makanan berasal dari permukiman, adalah tertinggi sebesar 20,51% , jika timbulan sampah indonesia adalah 17,64 juta ton per hari maka sampah organik putrescible/sisa makanan masyarakat Indonesia adalah 3,62 juta ton per hari. 3,62 juta ton per hari dibagi seluruh masyarakat Indonesia 273.879.750 (https://nasional.kompas.com/read/2022/04/27/03000051/jumlah-penduduk-indonesia-2022?page=all) adalah 13,21 kg sampah sisa makanan /per orang /per hari, jauh di atas angka yang disajikan dalam artikel  https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2022/05/18/sampah-makanan-capai-lebih-rp-330-triliun, yang hanya 0,8kg/per hari/per jiwa (setara dengan 300kg per tahun). 0,8kg /per hari/jiwa dengan 13.21 kg/per hari/jiwa selisihnya 12,41kg/per hari/jiwa, kenapa jauh sekali selisihnya?

2.  Timbulan sampah sisa makanan berasal dari pusat perniagaan/jalur/kawasan, adalah sebesar 14,49% , jika timbulan sampah indonesia adalah 17,64 juta ton per hari maka sampah organik putrescible/sisa makanan masyarakat Indonesia adalah 2,55 juta ton per hari. Selisih 1juta ton dengan timbulan sampah organik putrescible di pasar, siapa yang bertanggung jawab terhadap 2,55 juta ton sampah organik putrescible ini? Yang pasti bukan seluruh masyarakat Indonesia lapisan bawah kan?

3.  Timbulan sampah sisa makanan berasal dari pasar, adalah sebesar 13,01% , jika timbulan sampah indonesia adalah 17,64 juta ton per hari maka sampah organik putrescible/sisa makanan masyarakat Indonesia adalah 2,3 juta ton per hari. Pertanyaan yang sama dengan poin ke 2 , siapa yang bertanggung jawab terhadap 2,3 juta ton sampah organik putrescible ini? Sekali lagi bukan masyarakat Indonesia lapisan bawah kan?

Setiap makhluk menghasilkan sampah

Setiap makhluk hidup menghasilkan sampah, karena kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu sampah adalah sebuah keniscayaan yang mustahil dihindari. Lebih khusus sampah sisa makanan, jenis sampah ini disebut putrescible karena mudah terurai oleh alam, namun jika dibiarkan menumpuk sampah jenis ini bisa menimbulkan berbagai masalah hingga bencana.

PERUBAHAN MENDASAR

Perubahan yang hakiki adalah perubahan yang didasari kepada pemikiran yang benar tentang hidup, alam semesta, dan manusia, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan yang ada sesudahnya – sehingga manusia mampu bangkit kemudian melakukan perubahan mendasar dan menyeluruh. sebab pemikiranlah yang membentuk dan memperkuat persepsi terhadap segala sesuatu, manusia selalu mengatur tingkah lakunya dalam kehidupan ini sesuai dengan persepsinya terhadap kehidupan. Permasalahan penanganan sampah kota yang tidak pernah mencapai hasil signifikan karena tidak menyentuh akar persoalan, yaitu :

1.       1. Aspek kesadaran (bahwa sampah adalah qadar/sifat yang tetap),

2.       2. Aspek penanganan (bahwa sampah bukan sesuatu yang sia-sia),

3.       3. Aspek penerapan tekhnologi (riset, pemantauan dan aplikasi),

4.       4. Aspek integrasi dan koordinasi (berbagai element untuk menyatukan nilai-nilai).

Biokonversi dengan maggot bsf menyelesaikan berbagai masalah tersebut dengan satu langkah dan cepat

Telah terbukti dikhalayak ramai, masyarakat berupaya melakukan budidaya maggot bsf dengan berbagai motivasi, paguyuban pegiat maggot nusantara mengarahkan para pegiat untuk menyamakan persepsi melalui perspektif yang ideal yaitu perspektif lingkungan hidup – khususnya penanganan sampah organik dengan biokonversi bsf. Dengan perspektif ini semua aspek akan dilampaui pada waktunya, termasuk melalui perspektif ekonomi juga akan kita lalui pada saatnya. Perlu dipahami keekonomian inilah yang akan menjadikan para pegiat maggot bisa melakukan kegiatannya secara kesinambungan, namun perlu disadari hal ini bukan yang utama untuk bergerak namun pasti kita lalui.

Dengan biokonversi BSF, limbah makanan yang berasal dari pertanian & peternakan, tidak lagi mubadzir & berakhir bencana, tp limbah makanan tersebut dikembalikan ke rantai produksi makanan tsb (pupuk utk pertanian & protein utk ternak) sehingga mengurangi eksploitasi sumber daya alam.


Waallahu ‘alam.....

 

 

JAWA BARAT DALAM BAYANG INVESTASI MEMANEN BENCANA BUKAN SEJAHTERA

Senin, 23 Desember 2024 WALHI Jawa Barat merelease CATAHU (Catatan Akhir Tahun 2024) di Sekretarian WALHI Jawa Barat Jalan Shimponi Kota B...