Merespon berita di https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2022/05/18/sampah-makanan-capai-lebih-rp-330-triliun dengan judul : Sampah Makanan Indonesia Mencapai Rp 330 Triliun. Dengan keterangan setelah judul : Setiap orang Indonesia rata-rata membuang makanan setara Rp 2,1 juta pertahun. Hasil analisis "Kompas" menemukan, nilai sampah makanan di Indonesia mencapai Rp 330 triliun pertahun. 19 Mei 2022.
1. Sampah
makanan menjadi jenis sampah terbesar di Indonesia. Dengan menyajikan beberapa
data Biro Pusat Statistik dan Klhk. Kemudian disimpulkan bahwa kota tertentu
memboroskan uang senilai Rp 14.097 perhari atau sekitar Rp 5 juta pertahun
setiap orangnya. (kompas.id)
Pertanyaannya apakah benar setiap
individu orang memboroskan senilai tersebut di atas setiap hari? Kemudian jadi
angka yang besar setelah 1 tahun?
Gaya hidup hedonis adalah pangkal utama
permasalahannya, kami memahami hedonis adalah hal yang buruk. Kami melihat
hal-hal terkait dengan gaya hidup mewah ini hanya bisa dilakukan oleh kalangan
tertentu saja mustahil dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
Dalam sebuah diskusi Kami dengan seorang
guru besar teknik lingkungan perguruan tinggi ternama di Indonesia, beliau
mengungkapkan bahwa sesungguhnya benar Indonesia termasuk tertinggi ke 3
setelah Arab Saudi dan Emirat Arab mengenai food lost (kehilangan makanan, atau
makanan terbuang.pen) dan food waste. Namun bukan dari faktor konsumsi
berlebihan saja, ini hanya sebagian nya. Sesungguhnya food lost terbesar
kemudian menjadi food waste adalah dikarenakan faktor distribusi yang tidak
baik. Banyak faktor yang menyebabkannya, diantaranya : produksi sebagai dasar
ekonomi kapitalis, daya tarik kota dengan harga tinggi, jauhnya jarak tempuh
produsen/desa ke kota/konsumen, minimnya transportasi masa berbasis publik,
harga transportasi yang mahal, buruknya sarana dan prasarana transportasi dan
segudang permasalahan distribusi. Untuk poin ini Kami menyimpulkan tingginya
angka food lost dan food waste bukan karena faktor konsumsi melainkan faktor
distribusi yang buruk.
2. Kehilangan
ekonomi, telah dilakukan perhitungan yang sama di 199 kabupaten/kota ditemukan
rata-rata setiap orang Indonesia melakukan pemborosan makanan sebesar Rp
2.141.614 per tahun. Secara total, menurut nilai makanan yang terbuang menjadi
sampah di 199 kabupaten/kota di Indonesia dapat mencapai angka Rp 330,71 triliun
dalam setahun. Angka ini berada dalam rentang hasil kalkulasi Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) tahun 2021 yang menyatakan besaran kehilangan
ekonomi Indonesia akibat sampah pangan adalah Rp 213-551 triliun per tahun.
Tahun 2020 hanya ada 199 dari 514 kabupaten/kota yang melaporkan data komposisi
sampah di SIPSN. (kompas.id)
Yang perlu dicermati adalah angka
rata-rata tersebut apakah benar mewakili segenap warga negara? Atau ternyata
hanya segelintir orang saja? Karena masih di berita yang sama ternyata di TPA
sampah-sampah terbuang tersebut masih dikonsumsi oleh para pengais rizky di
TPA, menyedihkan dan ironis bukan? Dengan kata lain ada masyarakat Indonesia
bahkan tidak mampu membeli makanan yang layak, bagaimana bisa berkontribusi terhadap
timbulan sampah sedemikian besarnya?
3. Menurut
penelitian Barilla Center for Food & Nutrition, nilai indeks kehilangan dan
kemubaziran pangan Indonesia masuk kategori buruk. Setiap tahun orang Indonesia
membuang sampah makanan 300 kilogram dan masuk dalam peringkat tiga besar
negara terburuk bersama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. (kompas.id)
Permasalahan utama dari hal
ini adalah sistem ekonomi kapitalis yang mengedapankan produksi sebagai ujung
tombak nya. Disusul dengan distribusi yang buruk, masyarakat umum hanya kebagian
getahnya saja mengikuti predikat tersebut. Jika Arab Saudi dan Emirat Arab
mungkin saja karena negara-negara tersebut adalah kaya raya, meskipun harus
lebih dekat juga melihat dari sisi masyarakat kebanyakkan di sana, tidak
menutup kemungkinan di negara-negara kaya tersebut ternyata juga tidak mewakili
masyarakatnya. Bagaimana dengan Indonesia? Coba tengok berita-berita bahwa
Indonesia sedang krisis pangan https://www.cnbcindonesia.com/news/20200616170041-4-165825/ancaman-krisis-pangan-tidak-main-main-ini-buktinya, Masyarakat terpaksa memasak biji
nangka, mengonsumsi jangkrik, laron, dan aneka serangga, memakan tupai, dan
beralih ke berbagai umbi-umbian, sekadar untuk bertahan hidup. https://www.voaindonesia.com/a/krisis-pangan-nestapa-masa-lalu-dan-ancaman-masa-depan/5858339.html .
Menurut BPS, prevalensi ketidakcukupan pangan
merupakan suatu kondisi di mana seseorang, secara regular, mengkonsumsi jumlah
makanan yang tidak cukup untuk menyediakan energi yang dibutuhkan untuk hidup
normal, aktif, dan sehat. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/28/tingkat-kekurangan-pangan-masyarakat-indonesia-naik-akibat-pandemi-ini-datanya.
Pertanyaan sederhana, bagaimana mungkin masyarakat
cenderung kekurangan pangan membuang-buang makanannya??
Sederhana jawabannya, sebagian kecil kaum borjuis adalah pelakunya, mengejar pertumbuhan ekonomi melalui memperbesar produksi adalah metodenya, dan kapitalisme adalah masalahnya. Bukan masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat adalah korban dari kondisi hari ini, masyarakat terjajah oleh musuh yang tak terlihat sehingga tidak menyadarinya.
Solusi kongkrit : NEGARA HARUS HADIR DALAM
MENYELESAIKAN MASALAH
Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung
jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan,
asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. (UU no.18 th 2008,
asas)
Pemerintah
dan pemerintahan daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah
yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini. . (UU no.18 th 2008, tugas dan wewenang
pemerintahan)
Sebelum masuk dalam hal-hal teknis mengenai
perhitungan timbulan sampah makanan/food waste perlu diketahui bahwasanya
timbulan sampah menurut Sipsn.menlhk.go.id berdasarkan sumber
adalah sebagai berikut :
1. Timbulan sampah
tertinggi adalah dari permukiman 40,8%
2. Disusul oleh pusat
perniagaan 19,6%
3. Pasar tradisional
16%
4. Yang lainnya kurang
dari 20%
1. Rumah tangga prosentase sampah organik putrescible 50,27%
2. Pasar prosentase sampah organik putrescible 81,34%
3. Jalur/Kawasan prosentase sampah organik putrescible 73,91%
|
sampah berdasarkan asal timbulan |
sampah organik putrescible/food
waste/food lost |
sampah organik putrescible/food
waste/food lost |
|
|
permukiman |
40,80% |
50,27% |
20,51% |
||
Pasar |
16% |
81,34% |
13,01% |
||
pusat perniagaan/jalur/kawasan |
19,60% |
73,91% |
14,49% |
Analisis
1. Timbulan
sampah sisa makanan berasal dari permukiman, adalah tertinggi sebesar 20,51% ,
jika timbulan sampah indonesia adalah 17,64 juta ton per hari maka sampah
organik putrescible/sisa makanan masyarakat Indonesia adalah 3,62 juta ton per
hari. 3,62 juta ton per hari dibagi seluruh masyarakat Indonesia 273.879.750 (https://nasional.kompas.com/read/2022/04/27/03000051/jumlah-penduduk-indonesia-2022?page=all) adalah
13,21 kg sampah sisa makanan /per orang /per hari, jauh di atas angka yang
disajikan dalam artikel https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2022/05/18/sampah-makanan-capai-lebih-rp-330-triliun, yang hanya 0,8kg/per
hari/per jiwa (setara dengan 300kg per tahun). 0,8kg /per hari/jiwa dengan 13.21
kg/per hari/jiwa selisihnya 12,41kg/per hari/jiwa, kenapa jauh sekali
selisihnya?
2. Timbulan sampah sisa
makanan berasal dari pusat perniagaan/jalur/kawasan, adalah sebesar 14,49% ,
jika timbulan sampah indonesia adalah 17,64 juta ton per hari maka sampah
organik putrescible/sisa makanan masyarakat Indonesia adalah 2,55 juta ton per
hari. Selisih 1juta ton dengan timbulan sampah organik putrescible di pasar, siapa
yang bertanggung jawab terhadap 2,55 juta ton sampah organik putrescible ini?
Yang pasti bukan seluruh masyarakat Indonesia lapisan bawah kan?
3. Timbulan sampah sisa
makanan berasal dari pasar, adalah sebesar 13,01% , jika timbulan sampah
indonesia adalah 17,64 juta ton per hari maka sampah organik putrescible/sisa
makanan masyarakat Indonesia adalah 2,3 juta ton per hari. Pertanyaan yang sama
dengan poin ke 2 , siapa yang bertanggung jawab terhadap 2,3 juta ton sampah
organik putrescible ini? Sekali lagi bukan masyarakat Indonesia lapisan bawah
kan?
Setiap makhluk menghasilkan sampah
Setiap makhluk hidup menghasilkan sampah, karena
kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu sampah adalah sebuah keniscayaan yang
mustahil dihindari. Lebih khusus sampah sisa makanan, jenis sampah ini disebut
putrescible karena mudah terurai oleh alam, namun jika dibiarkan menumpuk
sampah jenis ini bisa menimbulkan berbagai masalah hingga bencana.
PERUBAHAN MENDASAR
Perubahan yang hakiki adalah perubahan yang didasari kepada pemikiran yang benar tentang hidup, alam semesta, dan manusia, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan yang ada sesudahnya – sehingga manusia mampu bangkit kemudian melakukan perubahan mendasar dan menyeluruh. sebab pemikiranlah yang membentuk dan memperkuat persepsi terhadap segala sesuatu, manusia selalu mengatur tingkah lakunya dalam kehidupan ini sesuai dengan persepsinya terhadap kehidupan. Permasalahan penanganan sampah kota yang tidak pernah mencapai hasil signifikan karena tidak menyentuh akar persoalan, yaitu :
1. 1. Aspek
kesadaran (bahwa sampah adalah qadar/sifat yang tetap),
2. 2. Aspek penanganan (bahwa sampah bukan sesuatu yang
sia-sia),
3. 3. Aspek penerapan tekhnologi (riset,
pemantauan dan aplikasi),
4. 4. Aspek
integrasi dan koordinasi (berbagai element untuk
menyatukan nilai-nilai).
Telah terbukti dikhalayak ramai, masyarakat berupaya
melakukan budidaya maggot bsf dengan berbagai motivasi, paguyuban pegiat maggot
nusantara mengarahkan para pegiat untuk menyamakan persepsi melalui perspektif
yang ideal yaitu perspektif lingkungan hidup – khususnya penanganan sampah
organik dengan biokonversi bsf. Dengan perspektif ini semua aspek akan
dilampaui pada waktunya, termasuk melalui perspektif ekonomi juga akan kita
lalui pada saatnya. Perlu dipahami keekonomian inilah yang akan menjadikan para
pegiat maggot bisa melakukan kegiatannya secara kesinambungan, namun perlu
disadari hal ini bukan yang utama untuk bergerak namun pasti kita lalui.
Dengan biokonversi BSF, limbah makanan yang berasal dari pertanian & peternakan, tidak lagi mubadzir & berakhir bencana, tp limbah makanan tersebut dikembalikan ke rantai produksi makanan tsb (pupuk utk pertanian & protein utk ternak) sehingga mengurangi eksploitasi sumber daya alam.
Waallahu ‘alam.....