Senin, 11 Oktober 2021

Membirukan Langit Dan Menghijaukan Bumi

Membirukan Langit Dan Menghijaukan Bumi

Penumpukan sampah organik pada Tempat Penampungan Akhir (TPA), jelas menimbulkan masalah baru bagi masyarakat sekitarnya, bahkan berdampak secara global. Sampah organik yang terdekomposisi anaerob (tanpa/sedikit udara) menimbulkan bau busuk dan pelepasan gas-gas bio (biogas) diantaranya : metana (CH4) 55% - 75%, karbon dioksida (CO2) 25% - 45%, Nitrogen (N₂) 0% - 0,3%, Hidrogen (H₂) 1% - 5%, Hidrogen Sulfida (H₂S) 0% - 3%, Oksigen (O₂) 0,1% - 0,5%. Mungkin juga berbeda tergantung bahan-bahan penyusunnya. (Wikipedia Indonesia). Gas CH4 pada lapisan stratosfer berperan sebagai gas rumah kaca (GRK) dan berefek pada munculnya #PemanasanGglobal / #GlobalWarming.
#ManfaatkanSampah Organik Dapur (s.o.d) dengan #biokonversibsf adalah proses aerob (membutuhkan udara), proses aerobic yang baik akan menghindari pelepasan gas-gas bio (biogas) tersebut di atas ke udara bebas, sehingga akan mengurangi #DampakGasRumahKaca / #GreenHouseGases. Bahkan bahan-bahan organic ini tidak membutuhkan waktu lama untuk terkonversi menjadi larva / maggot bsf. Fase Larva / Maggot pada lalat bsf ini mampu menghabiskan #SampahSisaMakanan hingga 5 kali bobot badannya kurang dari 24 jam. Secara sempurna Sang Pencipta Allah SWT telah memberikan solusi terhadap penuntasan #SampahSisaMakanan #FoodWaste ini.
Diskusi PPM dengan Direktorat Pengelolaan Sampah - KLHK Direktorat Pengelolaan Sampah KLHK Ditjen PSLB3 KLHK Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pengolahan sampah organic #NOLkanSOD dengan maggot BSF 1 ton/hari dapat menurunkan emisi Gas Rumah Kaca #GRK sebesar 401 ton CO2e setiap tahunnya.
Satu hal Paguyuban Pegiat Maggot - BSF dengan nama dalam akta notaris Perkumpulan Paguyuban Pegiat Maggot Nusantara pernah melakukan survei di tahun 2020 bahwa kami tersebar lebih dari 27 provinsi dengan jumlah pegiat 578 orang/kelompok. Dari 578 orang/kelompok ini telah merespon survei Kami sebanyak 241 orang atau kelompok dari 19 provinsi. Survei ini bertujuan untuk mengidentifikasi para pegiat maggot seluruh nusantara dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya. Sekaligus memberitakan kepada siapa saja dan khususnya Pemerintah, baik di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, bahwa kami Paguyuban Pegiat Maggot secara kolektif telah berbuat nyata mengolah sampah organic yang biasa kami sebut s.o.d tidak kurang dari 52ton setiap harinya dengan hasil maggot bsf 12ton setiap hari, tersebar di 19 provinsi seluruh nusantara.
Merujuk diskusi PPM dengan KLHK tersebut di atas, maka secara kolektif Kami/PPM telah menurunkan emisi Gas Rumah Kaca #GRK sebesar 7.610.980 ton per tahun. Gerakkan rakyat Paguyuban Pegiat Maggot Nusantara, dengan para pegiatnya yang luar biasa tangguh, mengedepankan aspek lingkungan hidup sebagai agenda besar kelompok, adalah agen-agen perubahan untuk “Membirukan Langit Dan Menghijaukan Bumi” menuju masa depan yang lebih baik #RevolusiHijau40, Black Soldier Fly (BSF) adalah anugrah besar Sang Pencipta Allah SWT sebagai solusi sampah organic di hulu dan menjadi #PakanTernakMurah di Hilir, untuk menciptakan #KetahananPanganMandiri karena #HilirSODTernakTaniIkan. #MaggotBSFPembebasEfekRumahKaca.

Rabu, 06 Oktober 2021

Bom Waktu Itu Bernama Sampah Organik.

 Bom Waktu Itu Bernama Sampah Organik.

Oleh : Teguh Iman Perdana
Ungkapan itu riil, harfiah dan bukan analogi.
Ada yang ingat dengan peristiwa ledakan TPA Leuwigajah pada 2005 silam? 157 jiwa manusia hengkang dari jasadnya, di kawasan Leuwigajah Kota Cimahi.

Lagi-lagi itu bukan ungkapan. Bukan analogi. Sebelum akhirnya runtuh, memang terjadi ledakan besar laksana bom. Material sampah berhamburan, lalu tumpah mengubur para pemulung. Ledakan itu diakibatkan gas metana yang mendorong sampah di atasnya karena tekanan. Panas yang dihasilkan luar biasa hingga menimbulkan efek seperti bom, dan, akibatnya sungguh mengerikan: merebus para pemulung yang terperosok masuk dan tertimbun. Akibatnya, jenazah mereka sebagian besar laksana ikan kerapu steam di restoran favorit kita. Mrotol saking empuknya.

Akibat apakah efek gas metana itu? Ketika bahan organik terdekomposisi secara anaerob maka akan menghasilkan gas methana , gas ini layaknya LPG yang mudah terbakar, mirisnya gas ini dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan ozon. Menurut beberapa sumber komposisi gas yang dihasilkan dari proses anaerob bahan-bahan organic tersebut terdiri dari : Metana (CH4) 55%-75%, Karbondioksida (CO2) 25%-45%, dan kurang dari 10% campuran ; Nitrogen (N2), Hidrogen (H2), Hidrogen sulfide (H2S) serta Oksigen (O2).

Ya, kini kita faham, itulah efek timbunan sampah organik yang tidak terolah dengan baik. Ancaman itu, diam-diam mengintai berbagai TPA di seluruh Indonesia yang tidak punya cara khusus mengolah sampah organik mereka.

Sampah organik memang membuat kita "serba salah". Wujudnya yang mudah membusuk, kerap memalingkan wajah kita untuk mengolahnya. Diolah pun, tak semudah sampah non organik yang kering dan masih punya nilai jual itu. Tetapi itu kisah dua tiga tahun lalu. Kini, "pahlawan" itu hadir mengatasi sampah organik dengan menakjubkan. Sang pahlawan bernama magot, atau larva dari lalat "Black Soldier Fly". Maggot terbukti rakus dan lahap, mampu mengunyah dan menelan sampah organik sepanjang hidupnya. Dan, saat maggot menjadi besar, ia pun menjelma menjadi produk bernilai jual tinggi. Minyaknya dicari-cari, badannya yang bongsor bernilai protein tinggi, sangat disukai ikan-ikan, juga ayam dan unggas lainnya. Pendeknya, maggot adalah solusi dalam semua segi. Bagi aparat, juga rakyat.

MINUTES OF MEETING - ZOOM MEETING KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP BERSAMA PAGUYUBAN PEGIAT MAGGOT NUSANTARA

KAMIS 10 APRIL 2025   PROLOG Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, merupakan sebuah kesempatan yang baik d...