Jumat, 11 Maret 2022

Sampah Organik Haram Untuk TPA



Sampah Organik Haram Untuk TPA
Teman-teman ppm, sudah menonton video tim ppm bersama pembina audiensi dengan Ibu Sinta Saptarina Direktur Pengurangan Sampah KLHK yang kemarin kami posting? (video berikut : https://youtu.be/9yM9SR7oCLI) Direktorat Pengelolaan Sampah - KLHK Hemat Kami ini adalah momentum bagi teman-teman untuk lebik mengeratkan rangkulan dan saling bergandengan tangan menuju Langit yang Lebih Biru dan Hijaunya Bumi sebagai wujud syukur kita kepada Illahii Rabbi....sekaligus membuktikan kontribusi Kita terhadap Bumi dan Masyarakat Dunia Global
Telah terkonfirmasi baik dari sudut pandang akademisi (video berikut : https://www.youtube.com/watch?v=ShbitOSNRow) @direktoramaupun diskusi informal ppm dengan Pak Novrizal Tahar Direktur Penanganan Sampah KLHK (sekarang, dulu direktur penanganan sampah, Direktorat Pengelolaan Sampah KLHK) bahwa s.o.d (sampah organik dapur) memiliki komposisi tertinggi dan metode landfill di tiap-tiap TPA adalah faktor terbesar dari persampahan yang menyebabkan Gas Rumah Kaca. Hal inilah yang menyebabkan Udara Bumi Kita Semakin Panas Akhir-akhir ini. Padahal s.o.d ini memiliki potensi yang luar biasa untuk pakan ternak dan pertanian serta pemberdayaan masyarakat.
Gas rumah kaca adalah gas-gas di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia.
Karbondioksida adalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan vulkanik; pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan karbondioksida); dan pembakaran material organik (seperti tumbuhan).
Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya. (https://id.wikipedia.org/wiki/Gas_rumah_kaca)
S.O.D Haram Untuk TPA
Bagaimana sampah yang menumpuk di TPA bisa menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya Gas Rumah Kaca? Berikut artikel terkait gas-gas apa saja yang bisa dihasilkan sampah khususnya sampah organik #NOLkanSOD : Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia yang terkadang menimbulkan masalah. Hasil survey tentang kontribusi kegiatan terhadap sampah maenunjukkan 73 % sampah berasal dari rumah tangga (sampah rumah tangga), 14 % dari hotel (sampah hotel), 5 % dari pasar (sampah pasar), dan 8% lainnya berasal dari terminal, rumah sakit, rumah makan, serta kantor (Kompas, 2008). Volume sampah yang dihasilkan tidak sebanding dengan kapasitas pengolahan akibatnya menghasilkan cemaran lingkungan dan bau yang mengganggu manusia. Bau tersebut merupakan gas yang dihasilkan saat sampah organik membusuk. Dalam proses kimia tersebut dihasilkan gas metana (CH4) dan karbondioksida (CO2) #RestoreOurEarthChallenge. Hanya CH4 yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4) dan karbondioksida (CO2), dan beberapa kandungan gas yang jumlahnya kecil diantaranya hidrogen (H2), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3) serta nitrogen 👎 yang kandungannya sangat kecil. Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana (CH4) semakin kecil nilai kalor. (https://www.dml.or.id/new.../biogas-sampah-rumah-tangga.html)
Gas metana merupakan salah satu Gas Rumah Kaca (GRK) yang dapat menyebabkan efek rumah kaca, sebagai penyebab terjadinya pemanasan global (Global Warming). Saat ini terdapat kurang lebih 450 TPA di kota besar dengan sistem open dumping dan baru sebagian kecil yang dikembangkan menjadi controled landfil. Ditjen PSLB3 KLHK Ditjen PPI KLHK Ditjen PPKL KLHK Potensi sampah yang dapat dihasilkan dari 45 kota besar di Indonesia mencapai 4 juta ton/tahun. Potensi gas metana yang bisa dihasilkan mencapai 11.390 ton CH4 / tahun atau setara dengan 239.199 ton CO2 / tahun, jumlah ini merupakan 64% dari total emisi sampah berasal dari 10 kota besar, antara lain : Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Palembang, Makasar, Bekasi, Depok, dan Tanggerang (Arie Herlambang, 2010).
Saat kita membuang makanan dan sampah taman ke dalam tempat sampah, maka sampah-sampah tersebut akan dibawa dan terkubur di tempat-tempat pembuangan sampah. Saat sampah yang berada paling bawah mengalami pembusukan, terbentuklah gas metana. Gas metana akan merusak lapisan ozon bumi karena gas metana termasuk gas-gas rumah kaca yang dapat mengakibatkan perubahan iklim (WWF, n.d.).
Pembakaran sampah juga dapat menghasilkan gas rumah kaca, seperti CO2, N2O, NOx, NH3, dan karbon organik. CO2 menjadi gas utama yang dihasilkan oleh pembakaran sampah dan dihasilkan cukup lebih tinggi dibandingkan emisi gas lainnya. (Johnke, n.d.) (https://envihsa.fkm.ui.ac.id/2020/02/28/ehi-feb-march/) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Metode pemrosesan akhir sampah yang umum dilakukan di Indonesia adalah penimbunan sampah di TPA. Pada kondisi anaerobik, timbunan sampah menghasilkan gas metana (CH4) yang merupakan salah satu gas rumah kaca. Sampah organik merupakan penghasil emisi gas metana terbesar pada proses penimbunan sampah di TPA. Sampah organik memiliki faktor emisi CH4 sebesar 0,42-0,47 kg CH4 per berat sampah organik yang ditimbun (Kustiasih et al., 2014). Gas metana mempunyai global warming potential (GWP) sebesar 34 kali lebih besar dibandingkan gas karbondioksida (Myhre et al., 2013). (https://journal.uii.ac.id/JSTL/article/download/17025/11005)
Jadi akumulasi s.o.d di TPA adalah penyebab utama terjadinya Gas Rumah Kaca, beberapa TPA ditangani oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi dan selebihnya ditangani oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota. Sesuai dengan UU Nomor 18 Tahun 2008 dan PP Nomor 81 Tahun 2012 masing-masing tugas dan tanggung jawab ditanggung baik oleh Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Seiring dengan tugas-tugas dan tanggung jawab Pemerintah tersebut Undang-undang juga mengamanahkan kepada masyarakat untuk berperan dan terlibat dalam berbagai hal terkait pengelolaan sampah ini.
Paguyuban Pegiat Maggot Nusantara dengan sadar dan keyakinan penuh sebagaimana telah diterbitkan di banyak jurnal dan penelitian serta studi-studi bahwa sampah organik menempati posisi terbesar dalam komposisi sampah, setidaknya 40% rata-rata timbulan sampah Indonesia adalah sisa makanan yang merupakan sampah organik. Dengan kata lain timbulan sampah organik di berbagai daerah di seluruh Indonesia di atas 40%. #MembirukanLangitHijaukanBumi
Potensi besar bila tiap-tiap Kabupaten/Kota mempunyai program mengolah sampah sampah organik di sumber: RT, pasar, hotel, restoran karena timbulan sampah organik tertinggi ada di 3 (tiga) asal timbulan sampah ini. Komposisi skala kota: Sisa makanan = 44,52%, Daun-ranting = 3,98%, Sampah sisa buah-sayur dari sampel 5 pasar tradsional di bandung (ITB 2018): Di atas 80% dari total sampah (data ITB, 2018). #ManfaatkanSampah
Sampah sisa buah-sayur pasar Gedebage di Bandung = 7 t/h (data ITB, 2018). Diketahui bahwa sampah putrescible (mudah membusuk) seperti daun-daunan dan sisa makanan masih mendominasi sebagian besar komposisi sampah dari ketiga sumber. Komposisi sampah putrescible dari permukiman yaitu sebesar 50,27%, dari jalur container dan protokol sebesar 73,91%, dan dari pasar sebesar 81,34%. (PENGEMBANGAN SISTEM PENANGANAN SAMPAH DI TPA SUMUR BATU KOTA BEKASI SYSTEM ENHANCEMENT OF MUNICIPAL SOLID WASTE HANDLING IN SUMUR BATU LANDFILL, MUNICIPALITY OF BEKASI ; Anissa Ratna Putri 1 dan Enri Damanhuri 2 Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl Ganesha 10 Bandung 40132 1 anissaratnaputri@yahoo.com dan 2 enri.damanhuri@gmail.com)
Dari sudut kapasitas, pengolahan sampah di sumber tidak akan mengganggu program pengolahan terpusat, malah akan meningkatkan kinerja pengolahan terpusat tersebut dalam capaian energi listrik, karena sampah basah dan bagian yang mempunyai nilai kalor rendah sudah diselesaikan di sumber. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI
Metode BSF relative lebih unggul dibanding pengomposan dan biogas-biodigester karena:
• produk bermanfaat langsung: larva mengandung protein tinggi dan langsung dapat digunakan untuk pakan ternak-ikan #PakanTernakMurah
• produk bermanfaat langsung: kompos mempunyai kualitas yang lebih baik dari pengomposan biasa #KetahananPanganMandiri
• larva dapat diproses lebih lanjut menjadi bahan baku skala industry pada industry farmasi, kosmetika, selain sebagai bahan pakan dalam bentuk pelet. #HilirSODTernakTaniIkan
Syarat penerapan metode BSF
1. Rumah Tangga, Sampah organic dapur dari rumah tangga
membutuhkan pendekatan khusus pada warga agar bersedia dan konsisten memisah-memilah sampah dapurnya. Hal yang sama sebetulnya dibutuhkan pada proses pengomposan dan biogas-biodigester agar produk akhirnya bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Perlu pendekatan sosio-engineering dan konsistensi Pemda dalam program pendampingan #EnergiSinergi
2. Pasar Tradisional & Modern, Sampah buah-sayur dari pasar adalah potensi yang sangat besar bila koordinasi antar dinas terkait dapat ditingkatkan dan disinergikan, disamping dukungan kebijakan dari pemerintah daerah #RevolusiHijau40
3. Sampah sisa makanan dari hotel-restoran (dll)
mempunyai kualitas sejenis sampah dapur dari rumah tangga. Pendekatannya lebih condong pada kerjasama professional, yang perlu dukungan kebijakan pemerintah daerah
Pasal 13 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 Dan Turunannya
mewajibkan pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industry, dan yg lain untuk menyediakan fasilitas pemilahan. Pemilahan yang paling sederhana dan efektif adalah memisahkan sampah organic, khususnya sampah organik dapur (s.o.d), dengan yang lain. Tercampurnya sampah dapur dengan yg lain, menyebabkan masalah serius pada estetika, bau, dan kesehatan masyarakat-lingkungan bila tidak terangkut. Amanat UU sampai saat ini belum dilaksanakan secara konsisten.
Sustainabilitas program

1. Sampai saat ini belum dijumpai sebuah negara yang mampu menangani sampah kotanya, TANPA BIAYA.
2. Walau sebagian sampah mempunyai nilai ekonomi, atau hasil produk pengolahannya mempunyai nilai ekonomi, tetapi bila dikaitkan dengan biaya penanganan dan pengolahan secara secara keseluruhan, manfaat ekonomi tersebut belum mampu menutup biaya operasi.
3. Biaya pengelolaan sampah sebagian besar diigunakan untuk biaya pengumpulan, biaya pengangkutan, biaya pengolahan dan biaya pemrosesan akhir dari residunya.
Sisi Lain Kondisi Perikanan, Peternakan Dan Pertanian Indonesia
1. 35-40 % masih menggunakan bahan pakan yang berasal dari impor == Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) I Ketut Diarmita (https://www.industry.co.id/) Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Republik Indonesia
2. 70 % biaya dihabiskan untuk membeli pakan == Direktur Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) KKP Slamet Soebjakto (https://www.mongabay.co.id/) Budidaya KKP
3. Pada 2024 kebutuhan tepung ikan sebagai bahan baku pakan diprediksi menembus 763,8 ribu hingga 1,2 juta ton. (khusus ikan dan udang) yang akan mencapai 10,1 juta ton == Rokhmin Dahuri (http://trobosaqua.com/) Kementerian Kelautan dan Perikanan RI
4. Permintaan ikan lele di daerah ibukota Jakarta saja mencapai 80 ton/hari, baru terpenuhi sekitar 62,5% atau 50 ton. (Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (2), 158–168 (2013) )
5. Harga tepung ikan dipasaran Rp 8.000,- - Rp 15.000,- per kg

 

JAWA BARAT DALAM BAYANG INVESTASI MEMANEN BENCANA BUKAN SEJAHTERA

Senin, 23 Desember 2024 WALHI Jawa Barat merelease CATAHU (Catatan Akhir Tahun 2024) di Sekretarian WALHI Jawa Barat Jalan Shimponi Kota B...